Window of Archipelago

La Galigo - Similar to the Koran but older than the Koran

Ujungpandang ( Dreamland Library ) - The Bugis in South Sulawesi, adheres to a belief in the Gods of Seuwae (the Only God). "The Bug...

ARSIP : Sejarah Istri-istri Prabu Brawijaya V

3 Istri Prabu Brawijaya V yang Menurunkan Raja-raja di Tanah Jawa

Ilustrasi wajah istri-istri Raja Majapahit Prabu Brawijaya V: Putri Cina leluhur Demak (kiri), Dewi Wandan Kuning leluhur Mataram (tengah) dan Putri Champa leluhur Pajang (kanan).


PRABU BRAWIJAYA 5 adalah Raja Majapahit pamungkas (terakhir) yang memiliki nama asli Bhre Kertabhumi. Ia memiliki 3 (tiga) istri yang menurunkakn raja-raja besar di Tanah Jawa.

Siapa saja mereka? Istri selir bernama Siu Ban Ci yang kemudian dikkenal rakyat Majapahit dengan sebutan "Putri Cina" menurunkan Raden Patah, pendiri sekaligus raja pertama Kasultanan Demak Bintoro.

Dari istri bini aji atau paramesywari (permaisuri) bernama Dewi Amarawati, rakyat Majapahit menyebutnya "Putri Champa" atau "Putri Cempo" lahirlah Dewi Retno Pembayun yang kelak menjadi leluhur Mas Karebet atau Joko Tingkir, pendiri Kasultanan Pajang bergelar Sultan Hadiwijaya.

Dari istri selir bernama Dewi Bondrit Cemara atau dikenal Dewi Wandhan Kuning, lahir Raden Bondan Kejawan yang kelak menjadi leluhur Panembahan Senopati, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Mataram Islam, cikal bakal Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Praja Mangkunegaran dan Pakualaman.

Dikutip historyofjava.com dari berbagai sumber sejarah, berikut profil lengkap istri-istri Prabu Brawijaya 5 yang menurunkan raja-raja besar di Tanah Jawa.

Putri Cina
Nama aslinya adalah Siu Ban Ci atau catatan lain menyebut Tan Eng Kian, putri dari Tan Go Hwat. Ia adalah putri seorang pedagang sekaligus ulama etnis Tionghoa yang dikenal dengan sebutan Syekh Bentong.

Sejarah umum mencatat, Syekh Bentong adalah putra Syekh Quro ulama yang menyebarkan agama Islam di Tanah Sunda. Sementara Syekh Quro adalah putra Syekh Yusuf Siddik bin Syekh Jamaluddin Akbar al Husain.

Setelah diambil sebagai istri selir Bhre Kertabhumi yang waktu itu masih menjadi Raja Keling Majapahit, Siu Ban Ci atau Tan Eng Kian dikenal masyarakat Majapahit dengan sebutan "Putri Cina."

Siu Ban Ci adalah ibunda Raden Patah, pendiri Kasultanan Demak Bintoro. Dengan demikian, putri Cina ini adalah leluhur perempuan dari Raja-raja di Kasultanan Demak Bintoro.

Zaman Majapahit, banyak etnis Tionghoa yang beragama Islam pada era Kekaisaran Dinasti Ming. Mereka sebagian besar datang ke Nusantara dibawa armada besar Laksamana Cheng Ho dengan tujuan dagang, misi penyebaran agama Islam, dan menjalin hubungan persahabatan lintas negara.

Karena itu, putri Cina Siu Ban Ci sejak kecil adalah seorang muslimah. Terlebih, ayah dan kakeknya adalah seorang ulama keturunan para wali yang mengemban tugas syiar agama Islam di berbagai belahan dunia, dari negeri Champa (sekarang sekitar Vietnam) hingga Nusantara.

Putri Cempo
Nama aslinya adalah Amaravati, putri Raja Kauthara negara bagian Champa. Ayahnya berdarah Cina, yakni Bong Tak Keng sedangkan ibunya adalah putri Maharaja Champa, Raja Indravarman VI, asli etnis Champa (Indochina).

Karena berasal dari Champa, Amaravati dikenal rakyat Majapahit dengan sebutan "Putri Cempo" (ejaan Jawa). Ia menjadi permaisuri Bhre Kertabhumi saat masih menjadi Raja Keling, negara bagian Majapahit dengan nama Jawa "Dewi Amarawati".

Dewi Amarawati adalah adik Chandravati, ibunda Sunan Ampel (pendiri Majelis Walisongo berdarah China-Champa). Dengan demikian, Sunan Ampel adalah keponakan Dewi Amarawati, istri permaisuri Bhre Kertabhumi.

Dari rahim Dewi Amarawati yang dikenali Putri Cempo ini, lahir bayi perempuan bernama Retno Pembayun atau dikenali dengan nama Putri Pembayun. Putri Brawijaya 5 dari Dewi Amarawati ini diambil istri oleh Pangeran Andayaningrat, penguasa Pengging yang dikenal Ki Ageng Pengging sepuh.

Pernikahan keduanya melahirkan Kebo Kenongo (Ki Ageng Pengging), ayah Mas Karebet atau Joko Tingkir. Putra Kebo Kenongo inilah yang berhasil mendirikan Kasultanan Pajang, setelah menikahi Ratu Mas Cempaka putri bungsu Sultan Trenggono Raja Demak, serta mengalahkan Adipati Jipang Panolan Arya Penangsang.

Dengan kata lain, Putri Cempo adalah nenek buyut Joko Tingkir alias Sultan Hadiwijaya. Ia menjadi raja besar di Tanah Jawa yang menyatukan negara-negara kecil di pulau Jawa.

Dewi Wandan Kuning
Namanya Bondrit Cemara, seorang pelayan istana asal daerah Wandhan, Sulawesi. Ia diambil istri selir Bhre Kertabhumi karena wangsit yang diterima saat sakit sipilis atau raja singa.

Dalam meditasinya, ia mendapatkan pawisik jika ingin sembuh, ia harus menikahi seorang pelayan wanita berdarah Wandhan. Perempuan itu harus menjadi istri Bhre Kertabhumi yang terakhir.

Sejarah populer menjelaskan, Bhre Kertabhumi sembuh setelah menikahi Bondrit Cemara. Ia kemudian dikenal sebagai Wandhan Kuning yang melahirkan Raden Bondan Kejawan.

Bondan Kejawan dititipkan Akuwu ring Tarub yang dikenal dengan Ki Ageng Tarub (Joko Tarub). Putra Bhre Kertabhumi itu selanjutnya menikah dengan Dewi Nawangsih, putri Joko Tarub dari istrinya, Dewi Nawang Wulan.

Bondan Kejawan lantas memiliki anak bernama Getas Pendawa, Getas Pendhawa berputra Ki Ageng Selo berputra Ki Ageng Enis berputra Ki Ageng Pamanahan berputra Panembahan Senopati, raja Mataram pertama.

Dengan begitu, Dewi Bondrit Cemara merupakan leluhur perempuan dari orang-orang Sela yang selanjutnya menurunkan Panembahan Senopati, pendiri sekaligus raja Mataram pertama.

Itulah 3 istri Raja Majapahit Prabu Brawijaya V yang melahirkan tokoh besar sebagai raja besar di Tanah Jawa. Kisah ini ditulis dari sejarah populer bersumber dari babad, serat atau naskah-naskah yang ditulis pada umumnya. (*)


https://www.historyofjava.com/2019/07/3-istri-prabu-brawijaya-v-yang-menurunkan-raja-raja-di-tanah-jawa.html?m=1


55555


Pasangan: Wandan Kuning, Siu Ban Ci, Ratu Dwarawati, Syarifah Siti Zainab, Endang Sasmitapura

55555

perkawinan: ♀ Wandan Kuning [Kuning]

perkawinan: ♀ Dewi Murdaningrum (Selir-1) [Champa]

perkawinan: ♀ Isteri Ponorogo (Selir-2) [?]

perkawinan: ♀ Ratu Dwarawati / Dewi Amarawati Permaisuri Dewi Murdaningrum [Kerajaan Champa]

perkawinan: ♀ Endang Sasmitapura [Tdk ada Catatan]

perkawinan: ♀ 11.4. Syarifah Siti Zainab [Azmatkhan]

perkawinan: ♀ Siu Ban Ci / Wandan Sari [Siu]

perkawinan: ♀ 11.4. Syarifah Siti Zainab [Azmatkhan]

https://id.rodovid.org/wk/Orang:25677



55555

Bhre Kertabhumi / Raden Alit (Brawijaya V) d. 1478

Marga (saat dilahirkan) Majapahit Rajasa
Jenis Kelamin Pria
Nama lengkap (saat dilahirkan) Bhre Kertabhumi / Raden Alit
Nama belakang lainnya Brawijaya V
Nama lainnya Ongkowijoyo
Ayah ibu
♂ Raden Rajasawardhana Dyah Wijayakumara/ Brawijaya II [Majapahit Rajasa]

♀ Dyah Duhitendu Dewi / Putri Indu Dewi Purnamawulan (Bhre Lasem Sang Halemu) [Majapahit Rajasa] d. 1382


55555





ARSIP : Puteri Campa


Literasi Utama
Mojokerto (PerpustakaanTanahImpian) - 

Rekayasa Cerita Brawijawa V masuk Islam
  • Versi 1 - Seolah berdasarkan babad Tanah Jawi bahwa, Prabu Brawijaya V telah memeluk agama Islam, sehingga di akhir kejayaan, Majapahit menjadi kerajaan Islam. Dengan merekrontruksi fragmen : Prabu Brawijaya V menyatakan akan memeluk agama Islam, pada saat kedatangan dua tamu besar, Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Raja Cermain di Istana Majapahit saat masih berkuasa.
  • Versi 2 -  Syekh Maulana Malik Ibrahim (ulama asal Turki) dan Raja Cermain datang untuk mengenalkan Agama Islam kepadanya, dalam rombongan itu terdapat Dewi Sari, putri Raja Cermain dari Campa yang cantik jelita (yang kini lebih dikenal dengan sebutan Putri Campa). Setelah mendengar penjelasan kedua tamunya, Brawijaya V bersedia menjadi mualaf asalkan bisa menikahi Dewi Sari. 
  • Versi 3 - Syekh Maulana Malik Ibrahim menasihati Raja Majapahit tersebut agar mengurungkan niatnya menjadi pemeluk Islam, jika hanya karena untuk dapat mengawini Dewi Sari. Pada akhirnya Syekh Maulana Malik Ibrahim bersama rombongan ulama asal Turki tersebut pamit pergi meninggalkan Majapahit tanpa membawa hasil.
  • Versi 4 - Upaya untuk mengislamkan Prabu Brawijaya V ini pun juga dilakukan keluarganya sendiri mulai dari permaisurinya, Ratu Dewi Dwarawati yang merupakan seorang muslimah hingga anak-anaknya sendiri dan para selirnya yang beragama Islam.
  • Versi 5 - Brawijaya V di akhir kekuasaannya diislamkan oleh Sunan Kalijaga. Setelah kepergian Sabda Palon dan Naya Genggong, maka Prabu Brawijaya V di akhir kekuasaannya diislamkan oleh Sunan Kalijaga. 
Sementara Sabda Palon dan Naya Genggong bukanlah sosok manusia, olehkarenanya orang-orang yang mengerti, mengatakan bahwa merka berdua hanya sebuah gelar, bukan sosok manusia an sich.. Jadi mana mungkin mati :)

Orang-orang yang Gagal Mengislamkan Brawijaya V
  • Ratu Dewi Dwarawati Sang Permaisuri yang mempunyai anak Ratu Ayu Handayaningrat, Dewi Chandrawati, Raden Jaka Peteng, Raden Gugur (Sunan Lawu Argopura), dan Panembahan Brawijaya Bondhan Surati selalu berulang kali mengajak Brawijaya V untuk memeluk Islam tapi selalu gagal.
  • Raden Rahmat alias Sunan Ampel (suami Dewi Chandrawati), menantunya,  juga tidak mampu meluluhkan ketegaran Brawijaya V untuk mempertahankan agama lamanya.
  • Syekh Jamaluddin Jumadil Kubra, seorang Ulama Besar dari Bukhara (Rusia Selatan), juga pernah mencoba berdakwah kepada sang Raja, namun tidak tak berhasil. 
  • Raden Arya Damar (Adipati di Palembang),  putra mahkotanya sendiri  yang juga gagal mengislamkan Brawijaya V.
  • Pangeran Jimbun alias Raden Patah anak Brawijaya V dari selir Dewi Kian yang kerap berdakwah kepada kanjeng Ramanya, tetapi tetapi selalu mengalami kegagalan.

Ketegaran Prabu Brawijaya ditenggarai kaerna saktinya dua penasihatnya, yakni Sabda Palon dan Naya Genggong yang selalu mendampinginya dan mencegahnya untuk masuk Islam.  



Catatan :

  • Sunan Kalijaga adalah menantu Sunan Ampel, menikah dengan Dewi Khafshah (putri Sunan Ampel dengan Dewi Chandrawati). Olehkarenannya Sunan Kalijaga masih cucu Sang Prabu Brawijaya V. 
Catatan Penting :

  • Leluhur kita yang Sengkretis dan Berbudi Luhur, kalahnya hanya oleh tipu muslihat kaum munafik. 
  • Agar saatnya Sabdo Palon dan Noyo Genggong menagih janji, kita-kita anak cucu tidak lagi dapat tertipu oleh muslihat kaum munafik tersebut yang berbaju agama.
Sumber : Dari berbagai sumber dan diskusi dengan anak cucu Brawijaya V
Foto : Istimewa

Arabic Culture Turns Inheritance from Christian Religious Culture